Ini adalah sepenggal kisah di awal invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
Seorang remaja Ukraina dan ayahnya memata-matai konvoi Rusia di pinggiran Kyiv menggunakan drone dan meneruskan informasinya kepada militer Ukraina.
Bagi Andriy Pokrasa, remaja berusia 15 tahun itu, kedatangan kekuatan militer penjajah yang mendekati desanya, dan juga ibu kota Kyiv, membuatnya tak bisa tinggal diam.
Dia secara spontan menerbangkan sebuah drone dan memotret dari udara.
Data yang dihimpun kemudian dikirim ke militer Ukraina dan beberapa menit kemudian menyaksikan persenjataan artileri menghancurkan beberapa kendaraan tempur Rusia.
Andriy dan ayahnya, Stanislav Pokrasa, 41 tahun, sempat melakukan aksinya itu sepanjang seminggu pertama invasi Rusia ke Ukraina.
Andriy yang berperan sebagai pilot karena disebut lebih mahir ketimbang sang ayah.
Terbukti, drone mampu merekam gambar-gambar pergerakan pasukan Rusia di ruas jalan tol dekat desa Andriy di sebelah barat Kyiv tersebut.
Jalan tol itu mengarah ke ibu kota.
“Ini adalah saat-saat paling menakutkan dalam hidup saya,” kata Andriy.
“Kami memberikan foto dan lokasi yang kemudian koordinatnya dipersempit lagi oleh mereka agar lebih akurat dan dikirim melalui walkie-talkie sehingga bisa dibidik oleh senjata artileri.” Pasangan anak-ayah ini sempat memantau iring-iringan pasukan dan kendaraan militer Rusia selama seminggu penuh.
Gambar-gambar kiriman mereka yang kemudian membantu militer Ukraina menentukan lokasi dan menghancurkan bagian dari konvoi itu di pinggiran Kyiv dengan serangan udara.
Andriy dan ayahnya Stanislav, telah dipuji atas pengintaian udara sukarela itu.
Mereka dinilai berkontribusi atas kegagalan pasukan Rusia merebut Kyiv dari utara, yang oleh para ahli militer sebagai ‘kekalahan Rusia terbesar sepanjang masa’.
Stanislav dan Andriy tidak yakin berapa banyak target Rusia yang berhasil dihancurkan dengan bantuan mereka.
Keduanya menyatakan hanya melihat kehancuran pada konvoi Rusia ketika kemudian menerbangkan kembali drone di atas daerah tersebut.
“Ada lebih dari 20 kendaraan militer Rusia yang hancur, di antaranya truk logistik bahan bakar dan tank,” kata Stanislav.
Ketika pertempuran meningkat di pinggiran Kyiv, militer Ukraina mendesak Stanislav dan keluarganya untuk meninggalkan desanya–yang akhirnya memang diduduki Rusia.
Dan karena semua pria dewasa hingga yang berusia 60 tahun diperintahkan untuk tinggal di Ukraina, Stanislav tidak dapat bergabung dengan istri dan putranya itu menyingkir ke Polandia.
Tapi mereka kembali ke Ukraina beberapa minggu yang lalu ketika Andriy telah menyelesaikan tahun ajaran sekolahnya.
NEWS.SKY, POPULAR MECHANICS