Manfaat dan Kandungan Nutrisi Natto Makanan Fermentasi Tradisional Jepang

Makanan tradisional Jepang berbahan biji kedelai yang difermentasi dengan bakteri Bacillus subtilis atau natto beraroma menyengat.

Merujuk publikasi Natto Characteristics as Affected by Steaming Time, Bacillus Strain, and Fermentation Time, natto yang berkualitas baik terbalut cairan kental seperti serat sutra berwarna putih.

Makanan tradisional ini teksturnya lembut, berwarna kuning muda dan agak lengket ketika dicampur atau diaduk menggunakan sumpit.

Di Jepang, natto biasanya diberi kecap, mustard, daun bawang atau bumbu lainnya.

Natto disajikan dengan nasi.

Mengutip Healthline, natto juga mengandung makronutrien yang penting bagi tubuh, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.

Makanan ini juga tinggi serat mengandung beragam vitamin dan mineral, seperti vitamin K, vitamin C, vitamin B6, folat, mangan, zat besi, magnesium, dan selenium.

Secara tradisional, natto dibuat secara membungkus kedelai rebus dalam jerami padi yang secara alami mengandung bakteri Bacillus subtilis di permukaannya.

Hal ini memungkinkan bakteri memproses fermentasi gula yang ada dalam kedelai, sehingga menghasilkan natto.

Mengutip SoraNews24, merujuk publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam British Medical Journal pada 2020 tentang manfaat natto.

Para peneliti National Cancer Center di Tokyo menemukan, pria dan wanita yang mengudap natto dalam porsi sewajarnya setiap hari mengurangi risiko kanker, stroke, serangan jantung sebesar 10 persen.

Komponen nutrisi termasuk banyak protein, zat besi dan serat makanan yang memiliki efek positif tekanan darah dan berat badan.

Satu porsi natto bobot 40 gram hingga 50 gram memiliki kadar vitamin K yang sama dengan kebutuhan harian untuk mencegah osteoporosis.

Natto juga mengandung vitamin B6 dan vitamin E yang bermanfaat meningkatkan pergantian sel dan memperlambat tanda penuaan kulit.

Kedelai fermentasi termasuk menu diet di Jepang jauh sebelum manfaat nutrisinya dipahami.

Sejarawan Samuel Yamashita menjelaskan, makanan itu pertama kali diperkenalkan ke Jepang dari Cina selama periode Nara tahun 710 hingga 784.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *