Co-Founder and Director Tokopedia Leontinus Alpha Edison mengatakan perusahaan telah melakukan banyak langkah untuk melindungi data pengguna agar tidak bocor.
Dia menyebut perusahaan memiliki tanggung jawab menjamin keamanan data pribadi supaya tetap terjaga kerahasiaannya.
“Kita selalu punya mindset bahwa ini tanggung jawab.
Nama Tokopedia sudah besar, harus jaga mandatnya,” ujar Leontinus dalam wawancara dengan Tempo, Jumat, 10 Juni 2022.
Leontinus menyebut persoalan keamanan data pengguna menjadi perhatian serius perusahaan lantaran bisnis e-commerce umumnya mengandalkan kepercayaan.
Perusahaan tidak ingin kepercayaan pelanggan melorot akibat masalah merembesnya data ke pihak ketiga.
Untuk menjaga kerahasiaan data, Leontinus mengatakan Tokopedia terus melakukan investasi.
Investasi dikucurkan untuk perangkat hingga sumber daya manusia (SDM) yang mendukung pengembangan dari sisi proteksi.
“Untuk tools dan segala macam, kita selalu investasi di situ.
Investasinya pun lumayan besar,” ucap Leontinus.
Selain itu, Tokopedia terus melakukan pembaruan terhadap perangkat yang digunakan untuk keamanan data pengguna.
Pembaruan diperlukan agar sistem yang dipakai perusahaan tidak mudah dibobol oleh peretas.
“Kita harus inovasi terus.
Misalnya saya personaly sudah ngobrol dengan engineer cukup lama untuk bikin block chain, walau tidak pure block chain.
Jadi misalnya satu bobol, yang lain tidak ikut bobol datanya.
Tapi itu harus diperbarui,” kata Leontinus.
Selain itu, Tokopedia bekerja sama dengan mitra strategis dan menggandeng auditor untuk melakukan audit security secara berkala.
Leontinus mengklaim perusahaan menggunakan auditor kelas dunia dan hasil audit tersebut bakal dipakai sebagai bahan evaluasi.
Kemudian, Tokopedia juga berkomunikasi dengan regulator, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Tak hanya itu, Tokopedia memiliki tim internal dengan banyak anggota yang menempati berbagai fungsi.
Misalnya, ada tim khusus yang akan menangani masalah security data protection, fraud, hingga risk mitigation.
“Timnya besar dan banyak hal yang kami lakukan,” kata dia.
Isu kebocoran data pernah dialami Tokopedia pada 2020.
Kala itu dikabarkan, data 91 juta pengguna Tokopedia bocor beserta 7 juta akun merchant-nya.
Pelaku peretas disebut menjual data pengguna Tokopedia di situs gelap.
Data yang diperdagangkan itu berupa user ID, email, nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor telepon, sampai password.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini